top of page
Gambar penulisWahyu S. Ginanjar

LITERASI SAINS - REFORMASI KELAS SAINS

Diperbarui: 18 Sep 2019


Kelas Sains. Credits: Ableimages/Digital Vision/Getty Images

Untuk apa kita mempelajari sains? Cita-cita saya tidak berhubungan dengan sains"


Untuk apa kita menghitung energi mekanik buah kelapa yang jatuh? Itu kan tidak berguna. Buang-buang waktu saja"


Pertanyaan dan pernyataan seperti itu sering muncul dari siswa sekolah menengah saat ini ketika mereka lelah dan merasa penat dengan pelaksanaan kelas sains. Cukup sulit untuk mengetahui alasan atau sekadar berkomentar mengapa pertanyaan seperti itu dapat muncul di dalam kelas sains tanpa mengetahui detil yang terjadi.


Bagi siswa yang memiliki ketertarikan atau cita-cita menjadi seorang chef, pengacara, petani dan peternak, atau profesi lainnya yang tidak berhubungan langsung dengan konten sains (Fisika, Kimia, dan Biologi) yang dipelajari di sekolah, mereka akan beranggapan bahwa mempelajari sains merupakan hal yang sia-sia.


Pada dasarnya mempelajari sains merupakan hal yang sangat penting, tidak hanya bagi mereka yang ingin ber-karir di bidang STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics). Ideal-nya kelas sains di sekolah dapat membekali keterampilan berpikir dan menjadikan siswa literat terhadap sains. Kedua hal tersebut mampu menjadi kunci sukses semua siswa di sekolah terlepas dari apa cita-cita mereka.


Di era kaya akan informasi seperti saat ini, keliru jika pelaksanaan kelas sains di sekolah masih berorientasi pada pengetahuan akan konten sains saja. Sekolah harus ber-konsentrasi pada pengembangan keterampilan siswa dalam mengakses dan mengevaluasi informasi yang mereka perlukan, tidak hanya mengajarkan konten semata [1].


Selain itu, hasil diskusi dengan salah seorang lektor Universitas Pendidikan Indonesia, Dr. Setiya Utari, M.Si., menyatakan bahwa “kegiatan pembelajaran sains itu harus dikemas sedemikian rupa agar bermakna bagi siswa, karena yang penting bagi siswa itu ada tiga: keterampilan mencari informasi, memahami informasi, dan menggunakan informasi tersebut. Itu yang harus mereka peroleh dari kegiatan pembelajaran sains yang bermanfaat kelak di masa depan, apa-pun profesi mereka”[2].


"Kegiatan pembelajaran sains itu harus dikemas sedemikian rupa agar bermakna bagi siswa, karena yang penting bagi siswa itu ada tiga: keterampilan mencari informasi, memahami informasi, dan menggunakan informasi tersebut".

 

Reformasi Pendidikan Sains


Peran sains bagi masyarakat modern saat ini telah berubah. Tantangan masyarakat atau komunitas saat ini baik di level global maupun lokal seperti perubahan iklim, permasalahan lingkungan, hingga peningkatan produktivitas dan nilai ekonomi suatu inovasi – semua bergantung pada sains [3].


Pelaksanaan kelas sains di sekolah setidaknya memiliki dua tujuan utama: mempersiapkan siswa untuk ber-karir di bidang STEM dan memberikan pemahaman terkait sains dalam kehidupan sehari-hari yang akan dihadapi oleh mereka setidaknya untuk 60 tahun hidupnya. Tujuan kedua yang menjadi dasar bagi seluruh siswa mempelajari sains, terlepas apa-pun cita-cita atau rencana mereka di masa depan.


Kelas sains dapat memberikan pemahaman siswa terkait kompleksitas sains dalam kehidupan sehari-hari dan mampu memberikan keterampilan untuk kehidupan mereka (life skills). Kita ambil contoh pentingnya pemahaman mengenai pentingnya kesehatan tubuh: Sebagian besar yang terjadi pada tubuh kita bergantung pada pemahaman akan tubuh kita sendiri – makanan apa yang kita makan, seberapa banyak porsi yang baik untuk kita makan, seberapa sering kita ber-olahraga, bagaimana sikap kita dalam penggunaan obat-obatan, bagaimana sikap kita terhadap rokok, atau pemahaman mengenai bagaimana kerja lambung, apa bahaya obat-obatan bagi ginjal kita. Semua life skills tersebut merupakan bagian dari literasi sains yang seharusnya dapat diperoleh lewat kelas sains.


Lebih dari pada itu, literasi sains berdampak pada socio-economic kehidupan individu atau bahkan suatu negara. Jadi cukup jelas bahwa pelaksanaan kelas sains harus mampu mengakomodasi kegiatan yang dapat memberikan keterampilan hidup, mulai dari keterampilan mengakses dan mengevaluasi informasi, serta memberikan berbagai keterampilan hidup dengan memahami kompleksitas sains dalam kehidupan sehari-hari sebagai bekal kehidupan di masa yang akan datang.


 

Program Literasi dan Sains


Pengembangan keterampilan literasi memberikan kontribusi penting dalam pelaksanaan kelas sains. Merujuk pada Osborne (2002) menyatakan bahwa “membaca, menulis, dan berargumen merupakan kunci setiap konsepsi sains yang ada hingga seperti saat ini” [4]. Untuk dapat memahami sains setiap siswa harus mampu membaca berbagai jenis teks. Selain itu, kemampuan ber-argumen pun penting dalam memahami kompleksitas sains.


"Membaca, menulis, dan berargumen merupakan kunci setiap konsepsi sains yang ada hingga seperti saat ini".

Ber-argumen memiliki peranan penting. Pengetahuan dan pemahaman terkait sains dapat dikembangkan melalui argumentasi dan percakapan dengan sesama. “Talk – at home, in school, among peers is education at its most elemental and potent“ [5]. Merancang kegiatan yang dapat merangsang siswa untuk ber-argumen secara kolaboratif memberikan banyak keuntungan. Melalui argumentasi siswa, pendidik dapat mengetahui dan mengembangkan pengetahuan dan pemahaman siswa terkait sains. Melalui argumentasi pula, siswa terlatih dalam menggunakan penalaran mereka terhadap suatu permasalahan.


 

Kelas Sains


Kelas sains di sekolah harus mampu menyiapkan keterampilan atau skills siswa untuk masa depan mereka. Pendekatan saintifik dan kegiatan berbasis proyek atau berbasis laboratorium menjadi keharusan dalam pelaksanaan kelas sains. Pendekatan saintifik, project-based dan laboratory-based learning mampu melatihkan siswa dalam mengakses berbagai informasi yang diperlukan untuk memecahkan suatu permasalahan. Keterampilan seperti itu yang diperlukan untuk menghadapi tantangan masa depan.


Jika pelaksanaan kelas sains sudah ideal, maka tidak ada lagi kebingungan bagi siswa yang berencana berkarir diluar bidang STEM untuk mempelajari sains. Misalkan seorang siswa yang berencana berkarir menjadi seorang chef penting untuk memiliki pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan sains. Dengan mengetahui sains tubuh manusia, maka seorang chef dapat memilih jenis makanan, teknik pengolahan, dan porsi yang sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia per harinya.


Keterampilan mengakses informasi dan menggunakan metode saintifik pun diperlukan seorang chef ketika harus menentukan teknik pengolahan bahan makanan secara tepat atau ketika menentukan temperatur pendingin yang berbeda untuk penyimpanan daging dengan pendingin yang digunakan untuk penyimpanan bahan makanan lainnya.


Selain itu, inovasi makanan dan minuman yang terus dikembangkan berdasarkan sains seperti daging dan sayur yang diproses dan dibekukan menjadi makanan berdaya tahan lama atau minuman dalam kemasan yang kaya akan vitamin dapat menghasilkan nilai ekonomi atau profit yang tinggi. Hal tersebut membuktikan bahwa sains tak lepas dalam profesi apa-pun dan dapat mendukung sebuah industri dalam menghasilkan sesuatu yang bernilai ekonomi tinggi.




Di sisi lain, literat terhadap sains dapat membantu kita untuk memahami lebih baik lagi manfaat atau kerugian sesuatu hal sebelum di-konsumsi. Sebagai contoh, Detox Water dan Hot Dog Water yang sempati viral dan di-banderol dengan harga $27.99 per botol di klaim merupakan hasil inovasi sains yang mengandung banyak manfaat bagi kesehatan tubuh seperti: detoksifikasi, menurunkan berat badan, dan meningkatkan kinerja otak. Akan tetapi, jika kita telusuri lebih jauh Detox Water atau Hot Dog Water tidak sehebat itu.


Pada dasarnya meminum air mineral secara cukup dan teratur dapat meng-hidrasi tubuh, dan tubuh yang ter-hidrasi dengan baik dapat “membersihkan” organ tubuh seperti ginjal, liver, dan melancarkan sistem pencernaan. Hal tersebut merupakan detoksifikasi alami tubuh manusia 24/7. Selain itu, tubuh yang ter-hidrasi dengan baik berdampak pada baiknya kerja sistem pencernaan tubuh – tidak akan muncul permasalahan berat badan. Mengkonsumsi Detox Water atau Hot Dog Water tak lebih dari meminum air dengan beragam rasa dan merupakan strategi pemasaran produk tanpa dukungan sains yang belum terbukti secara ilmiah.


Semoga dengan membaca artikel ini, kita tidak lagi mengartikan bahwa sains hanya sekadar vertebrata dan invertebrata pada Biologi, konsep mol dan bilangan Avogadro pada Kimia, atau interferensi dan difraksi bragg pada Fisika.


Referensi

[1]. New Zealand Council for Educational Research. 2010. Primary science education for 21st century: How, what, why?


[2]. Hasil diskusi bersama Dr. Setiya Utari, M.Si. (Lektor di Departmen Pendidikan Fisika – Universitas Pendidikan Indonesia). 2018. Departemen Pendidikan Fisika UPI


[3]. Office of the Prime Minister’s Science Advisory Commitee. 2011. Looking Ahead: Science Education for the Twent-First Century: A report from the Prime Minister’s Chief Advisor.


[4]. Osborne, J. 2002. Science without literacy – a ship without sail? Cambridge Journal of Education.


[5]. Alexander, R. (Ed.). 2010. Children, their world, their education: Final reprt and recomendations of the Cambridge Primary Review. Abingdon: Routledgde.

32 tampilan0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua

留言


bottom of page