Musim kemarau yang sangat panjang di tahun 2019 membuat resah hati banyak orang nih guys… khususnya emak-emak yang bingung karena aliran air di rumah mati! Mandi susah, cuci piring susah, cuci baju susah, semua susah dah...
Emak-nya mimin kerjanya ngomel, ngedumel, marah-marah, mimin disuruh nelpon PDAM lah, pergi ke rumah Pak RT lah, Pak RW, pokoknya semua suruh didatengin, semua kena semprot … haduuuhh.
Masalah aliran air yang mati ini karena kekeringan akibat musim kemarau yang tak kunjung selesai.
“Mak, ini air mati soalnya kekeringan musim kemarau. Potensi kekeringan di sebagian wilayah Jawa Barat ada di level Awas” ucap mimin. Eh, emak langsung jawab “Heh Ntong, ini kan udah masuk bulan September, harusnya udah musim hujan” jawab Emak lantang. Bener juga sih mak, waktu Ntong belajar di sekolah juga katanya musim hujan itu sekitar bulan September – Februari, tapi ini masih kemarau, apa pelajaran tentang ‘musim’ di sekolah mesti di revisi?
Nah, jadi begini nih guys … Menurut data BMKG, musim kemarau Indonesia di tahun 2019 lebih kering dari tahun 2018 loh! Banyak daerah yang kekeringan hingga kesulitan mendapatkan air.
Dikutip dari laman CNN Indonesia, Kepala Bidang Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Hary Tirto Djatmiko menyebut musim kemarau tahun ini diprediksi akan lebih kering dan terasa panas terik dari tahun sebelumnya [1].
Ia mengatakan salah satu faktor penyebab kekeringan itu adalah akibat fenomena El Nino. “Fenomena El Nino bersamaan dengan musim kemarau sehingga dampak yang dirasakan adalah kemaraunya menjadi lebih kering dibanding tahun 2018”. Dampak dari El Nino yang terjadi di sejumlah daerah Indonesia adalah kondisi kering dan berkurangnya curah hujan.
El Nino merupakan fenomena memanasnya suhu muka laut di Samudera Pasifik bagian tengah hingga timur.
Ingin tahu lebih lanjut tentang El Nino nih guys? Simak ulasannya di Gazette Post berikutnya yaaa ....
Kepala Subbidang Analisa dan Informasi Iklim BMKG Adi Ripaldi dalam konferensi pers terkait kekeringan di kantor ACT Jakarta, Selasa (20/8), mengemukakan musim kemarau yang terjadi saat ini diperkirakan akan masih berlanjut dalam dua atau tiga bulan ke depan [2].
Prakiraan musim hujan di tahun 2019 sendiri diprediksi BMKG akan dimulai pada bulan Oktober dan November di berbagai daerah di Indonesia [3].
Potensi Kekeringan – Awas, Waspada, Siaga
Hasil analisis BMKG didapatkan tiga kategori adanya potensi kekeringan meteorologis yang tersebar di sejumlah wilayah, yaitu: Awas, Siaga, dan Waspada.
Daerah dengan potensi kekeringan kategori 'Awas' antara lain Jawa Barat, Jawa Tengah, sebagian besar Jawa Timur, Yogyakarta, Bali, Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat. Gawat nih guys!
Sedangkan untuk kategori 'Siaga' antara lain Jakarta Utara dan Banten. Kemudian untuk kategori 'Wapada' antara lain Aceh, Jambi, Lampung, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat dan Sulawesi Selatan [1].
Apa sih yang dimaksud potensi kekeringan Awas, Siaga, dan Waspada itu? Ntong dan Emak masih belum paham. Mari simak ulasan berikut ini.
BMKG menyampaikan, berdasarkan hasil monitoring Hari Tanpa Hujan (HTH) hingga tanggal 30 Juni 2019, terdapat potensi kekeringan di sebagian besar Jawa, Bali dan Nusa Tenggara dengan kriteria panjang hingga ekstrem [4].
Berdasarkan hasil analisis tersebut teridentifikasi adanya potensi kekeringan meteorologis yang tersebar di sejumlah wilayah, antara lain:
AWAS (telah mengalami HTH >61 hari dan prakiraan curah hujan rendah <20 mm dalam 10 hari mendatang dengan peluang >70%) alias yang terparah nih guys!
SIAGA (telah mengalami HTH >31 hari dan prakiraan curah hujan rendah <20 mm dalam 10 hari dengan peluang >70%).
WASPADA (telah mengalami HTH >21 hari dan prakiraan curah hujan rendah <20 mm dalam 10 hari dengan peluang >70%)
Nah guys, jadi cukup meresahkan juga ya dengan kondisi alam Indonesia saat ini, khususnya dampak El Nino bagi kondisi kekeringan di Indonesia. Mimin juga semakin resah aja nih, Jawa Barat berada di level potensi ‘Awas ada Emak galak!’ eh salah... potensi 'Awas' dengan HTH >61 hari dan curah hujan rendah.
Gawat nih, bisa makin panjang nih Emak ngedumel, ngomel ngga ada air. Mimin pula yang kena semprot dah.
Tapi ingat guys, kondisi seperti ini jangan sampai membuat kita panik, saling menyalahkan, atau bahkan putus asa. Kita harus bisa menyikapinya dengan bijak, sabar, dan selalu taat serta berbakti pada Emak, dan yang terpenting hemat air ya guys! Pergunakan dengan bijak dan semestinya.
Referensi
[1].
[2].
[3].
[4].
Comments